Senin, 29 Agustus 2016

Dunia Terbalik

Kesedihan menyelimuti. Cahaya bola itu mulai meredup terbiaskan luka dalam. Perasaan lara yang menggerayang hatinya kini semakin menggelora. Dengan kekecewaan yang sangat besar ia meninggalkan kedigdayaan yang membelenggu raga dan jiwannya. Surai hitam legamnya menjuntai ke bawah saat kepala itu dipaksa menunduk oleh nasib.

“Maafkan aku”. Lirihanku mengalun memutus ketegangan yang mengukung kami. Namun tak satupun uraian kata yang sudi terucap dari bibir tipisnya itu kendati aku telah meruntuhkan asanya. Serpihan memori di celah-celah benang kepercayaan yang dipaksa putus oleh takdir. Memori itu kembali menghempaskan diriku secara kasar ke waktu lalu.

Demokrasi telah mati. Absurditas kini menjadi hal yang dapat teratasi. Didepanku kini, sebuah hal yang kian lumrah di kota ini kembali menampakkan eksistensinya. Seorang wanita tua dituduh melakukan pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati. Semua kata yang dilontarkan para saksi itu jelas adalah kebohongan penuh drama hanya untuk menyudutkan wanita tua itu dan sebaliknya, menjadi alibi kuat untuk menyokong seseorang yang seharusnya duduk bersimpuh disana. Tentu jelas ini hanyalah sebuah kabaret pengambing hitaman dan wanita itu dengan segala ketidakberuntungan terpilih oleh nasib. Sidangpun berakhir dengan penindaklanjutan penyidikan bukti yang diberikan oleh pihak penuntut.

Ekor mataku beralih pada seorang teruna kikuk dengan kacamata tebal kedodoran dibatang hidungnya. Ah, dia adalah pembela umum untuk terdakwa yang diberikan secara sukarela oleh pemerintah. Sayangnya, sikapnya lantas berbanding terbalik dengan tubuh tegap dan durja menyeramkan miliknya. Dari segi intelektual yang ia miliki, tak kupingkiri, teruna itu jelas tak pantas menyandang gelar pengacara.

Saat atensiku kembali terfokus ke depan, seorang gadis muda telah berdiri di depanku, menghadang langkahku. Sepasang iris hitam pekatnya menatapku tanpa emosi. Untuk saat-saat seperti ini, dia cukup tenang, mengingat wanita tua yang menjadi terdakwa adalah ibunya. "Saya telah mencari tahu tentang Anda. Tuan, tolong jadilah pengacara ibu saya!" ucapnya menunduk dalam dengan surai hitam kemilaunya yang menjuntai indah.

"Tidak." Tak perlu berbasa-basi aku menolak tanpa berpikir panjang. Bibir tipis miliknya bergetar, namun tetap tak menggoyahkan keputusan bulatku. Kembali, aku melanjutkan langkahku melewati gadis muda itu. Namun tangan kecil berlumur peluh dingin itu menahan pergelangan tanganku. "Ibuku tak bersalah!" raungnya penuh kegetiran. Aku tahu. Tapi …"Kau tak akan pernah menang, Gadis Kecil," ucapku dingin. Itulah kenyataannya. Aku berbalik menatap parasnya yang kini ditampar oleh kenyataan. "Keadilan tidak untuk mereka yang tak memiliki pengaruh," ucapku menohok kepercayaan dirinya.

"Kenapa rakyat kecil seperti kami tak layak mendapatkannya, Tuan?" lirihnya nestapa. Ia meremas ujung bajunnya yang lusuh, bahu itu merosot jatuh, keberaniannya seolah menguap ditelan bayangan. "Lantas, dimana rakyat kecil seperti kami dapat mencicipi rasa keadilan?" tanyanya menuntut. Kembali, tengadah ia menatapku. Bola mata yang memancarkan tekad tak tergoyahkan itu begitu menusuk batinku. Bibir tipisnya bergetar namun tekadnya tak kunjung surut. Tanpa rasa gentar sedikitpun, ia menatapku dalam. "Bukankah keadilan adalah tonggak hukum? Dan hukum tercipta untuk memberikan persamaan pada makhluk yang sama tanpa membedakan status atau apapun itu."

Untaian kata penuh tekad itu berhasil menohok hatiku. Tak kiranya dia mengingatkanku akan diriku yang dulu, penuh tekad dan perasaan yang menggebu. Rasa empati mulai menggelayar di dadaku. Namun bisakah aku? Kutatap matanya lurus, menyelisik secuil dusta disana, namun hasilnya nihil. Tak ada dusta maupun rasa haus balas yang diharapkannya, melainkan ia mendapatkan sepercik keadilan.

"Tuan, saya memang tak dapat membayar Anda sepersen pun. Tapi tidakkah Anda mau memberikan kesempatan bagi gadis yang tak lagi punya harga diri ini? Saya hanya menginginkan hakku sebagai seorang warga negara dan manusia." Hati nuraniku tersentuh. Dan pada akhirnya, kata itu meluncur dari bibirku kendati batinku masih berperang. "Baiklah." Yang sesaat kemudian kusesali. Namun senyuman yang merekah sempurna di bibir tipis itu sontak menggugurkan setiap kegoyahanku. Membuatku lupa akan satu hal yang terlewatkan. Sang tirani kini menanti mengeksekusi diriku.
Tak ayal, bergelut selama seminggu dengan segala bukti, kini, peluh ini akan terbayar. Semua bukti ini cukup membebaskan wanita tua itu dari tuduhan salah alamat itu. Dengan ini, salah satu petinggi yang menjadi akar permasalahan ini tak akan dapat menampik kebenaran. Ariani, gadis berusia 15 tahun, gadis muda dengan durja nan elok itu tak berhenti merapalkan terima kasih.

"Tuan, jika nanti ibuku telah terbebas. Sudikah Anda berkunjung ke kediaman kami? Mungkin tak akan pantas untuk Anda, tapi saya berani bertaruh, Anda akan menyukainya. Saat senja datang, warna merah nan elok rupawan lantas berhamburan menembus ladang gandum di belakang rumah. Dimana saat itu, barisan kawanan burung membelah cakrawala," tuturnya dengan mata berbinar bahagia.

Kulit seputih porselennya nampak berkilau ditimpa mentari ufuk Barat. Tawanya mengalun bak melodi indah pelepas gundah. Melihatnya, sungguh membuatku rindu akan adik kecilku di kampung halaman. Ah, bagaimana kabarnya sekarang? Jika umur masih ada esok, akan kubeli sekotak cokelat putih kesukaannya, mungkin juga dengan sepasang mukena baru untuk ibu. Entah sudah berapa lama tak juga aku kunjung menemui mereka. Kesibukan di dunia politik benar-benar memeras peluh. Melihat Ariani dengan semangat menggebu sungguh mengingatkanku akan masa muda. Ah, ternyata bernostalgia tak seburuk yang kukira.

Hari itu, aku membawa Ariani makan malam di sebuah restoran dengan hamparan laut yang menjadi latar pelengkap. Matanya berpendar takjub, tak kuasa aku menahan tawa saat melihatnya begitu susah payah memotong daging menggunakan pisau atau saat kebingungan menatap sendok yang harus ia gunakan. Sepintas, aku menerka apakah ini rasanya memiliki seorang anak? Bagi pria lajang yang telah menginjakkan kaki di umur 35 tahun, kiranya aku harus segera bergegas mencari pasangan.

Beristirahat sejenak dari kepenatan lantas mencari pasangan hidup, mungkin itu jalan yang tepat.
Malam itu, yang kuingat aku mengantar Ariani pulang ke rumah kerabatnya kemudian kembali ke kediamanku lantas melepas penat di bawah guyuran air hangat. Sebelum benar-benar terlelap, kembali kususun bahan untuk sidang besok. Aku tak tahu bagaimana atau kapan persisnya, namun saat kusadari, beberapa orang telah menyelinap masuk ke kamarku. Ingin ku teriak namun tenggorokan ini lantas tersendat, seolah ada sebuah batu menyumbat lajunya.

Sang tirani akhirnya menampakkan wujudnya ….Satu … dua … tiga … empat …. Ada empat orang! Dan semuanya berparas menyeramkan dengan balutan jas hitam yang membungkus tubuh berototnya. Layaknya algojo, mereka membawa berbagai macam senjata di tangannya. Tubuhku sontak menegang sempurna.

"Tuan Ferdinand? Saya datang kemari memohon suatu hal pada Anda. Kiranya Anda mau membantu kami." Suara bariton menyahut memutus keheningan yang mencekik. "Apa … itu?" Tanpa perlu bertanya, otakku tentu dapat mencerna apa yang terjadi. "Saya ingin Anda kalah dalam sidang besok," ujarnya dengan kesopanan yang benar-benar dibuat-buat. Ia tersenyum menatapku, senyuman yang nyaris bagaikan seringaian.

Wajah riang Ariani kembali terbesit dalam benakku, pengharapan besar yang diberikan gadis itu demi sebuah nyawa yang ia sayangi. Tidak. Tak akan kusia-siakan. Sesaat sebelum aku berkata, ia mengeluarkan beberapa lembar foto dari sakunya. Mataku membulat tak percaya dengan hati yang meluruh penuh kegetiran. Itu ibu dan adikku …."Kami memohon kerjasama Anda, Tuan."
Maafkan aku, Ariani. Seharusnya, sejak awal aku tak menerima permintaannya. Kenapa sangat sulit untuk berhenti menjadi seorang pecundang? Lamat-lamat, aku mengangguk lemah disusul senyuman kepuasan oleh mereka. Dunia ini, layaknya sebuah sandiwara. Dan aku adalah satu dari sekian ribu pecundang yang berada pada bayang-bayang penulis. Pada hakikatnya, kebenaran selalu tunduk pada kenyataan. Keadilan berlaku pada mereka yang memiliki pengaruh, itulah hukum yang berlaku di dunia ini.

"Maafkan aku," lirihku menatap durjanya yang muram. Aku meruntuhkan asanya, memecahkan setiap serpihan harapan yang ia bangun dengan tekad yang menggebu. Dengan kebisuanku di ruang sidang, telah kurenggut nyawanya bahkan jauh sebelum sidang itu berakhir. Aku telah membunuh batinnya, mencabik-cabik secuil harap dari genggamannya. Lantas, masihkah aku harus mengharapkan rasa haus balas ataupun sekedar untaian kata dari bibir tipis itu? Betapa serakahnya diriku ini. Kini, sebuah nyawa-tidak, tapi dua nyawa tak bersalah kembali merenggang akibat lemahnya hukum yang berlaku.

Dan kita terbelenggu dalam ego tanpa titik. Untuk tuntutan membenarkan yang abstrak. Terbalut dahaga tahta dan kilauan, dan berbanding terbalik dengan isyarat Tuhan yang dibenak. Wahai petinggi-petinggi. Saya bertanya apakah selalu orang-orang yang jujur akan kalah dengan orang yang ber-uang? Dimanakah keadilan wahai petinggi?


Selasa, 14 Juni 2016

Berdamai dengan keadaan

Sebenarnya lagi suntuk aja gitu, gak tahu diri juga padahal lusa mau UAS psikologi kepribadian dan sekarang malah asyik main blog dan buka buku buat belajar hanya sekedar wacana :"D ya Allah ampuni dosa hambamu ini.

Untuk yang pertama kalinya aku menjalankan ibadah puasa jauh dari keluarga, yah tebak saja semuanya tentu berubah dan jauh lebih "miris" ketika menjalankan puasa sendirian. Tapi ya enggak sengsara banget gitu ya, aku masih bersyukur setidaknya walaupun puasa kali ini sahur dan buka sendirian, cari makan sendiri, bangun enggak ada yang bangunin tapi aku masih bisa merasakan kebahagiaan dan pengalaman yang enggak akan mungkin terlupakan. Iya kan itu pasti, waktu enggak akan terputar lagi bro. Belum tentu tahun depan bakal seseru atau semiris puasa tahun ini kan, HHH. 

Oh ya, sebenarnya super duper sedih banget syih. Udah berapa tahun ya sejak ayah meninggal, hmm iya 5 tahun udah puasa enggak bisa bareng ayah lagi. Rumah jadi sepi, dulu puasa cuman bareng mama sama kakak. Tahun ini jadi tahun paling menyedihkan, gimana enggak. Aku, kakak dan mama jadi enggak bisa puasa bareng, enggak ada tuh nonton Para Pencari Tuhan pas waktu sahur, terus enggak ada lagi makan gorengan dan minum es buah bareng pas waktu buka. Pada jauh - jauhan, di Gresik, Malang, Magelang. Okeee terpisah jarak.

Heyy ya, tapi yaaaa aku ucapin so thanks banget buat Novi. Bhaaks, meski kamu adalah teman ter-rewel dan bawel tapi bersama kamu aku melewati sahur dan puasa kali ini. Terimakasih atas 'martabak mie' atau 'omlet' atau apalah itu ya namannya terserah. Heheey, iya martabak mie ala novi menjadi menu buka puasa kami berdua. Dengan peralatan seadanya, maklum di kosan gaada dapur ya alhasil dia memakai magic jar nya untuk memasak martabak mie itu dan finally berhasil dan rasannya mantaaap. Dan aku hanya menyediakan minumannya yaitu es nutrisari haha. Yaa biarkan kami berdua bersenang - senang dengan kesederhanaan dan keterbatasan anak kos yah gengs.



Rasannya jadi anak rantau yang jauh dari orang tua, kami iri denganmu yang tak harus pindah kota. Ya beginilah suara hati kami anak anak rantau yang terpisah ratusan kilometer dari orang tua dan keluarga. Seringkali kami merasa iri pada kalian yang bisa setiap hari bertemu dan bercengkrama dengan orang tua.

Sedangkan kami rindu sering menghinggapi tapi jarak dan waktu tak memungkinkan untuk hanya sekedar bersua. Andai kesempatan itu selalu ada. Kami sadari inilah takdir yang harus kami jalani.

Lahir dari rahim seorang ibu, tumbuh besar untuk kemudian pergi dan menghilang, lenyap terisap dunianya sendiri-sendiri.

Setelah selesai beraktivitas kamu yang lelah ditunggu masakan ibu dirumah. Sedangkan kami, harus beli atau masak sendiri. Gitu kamu masih ngeluh ? Kamu bener – bener kurang bersyukur kalau masih tinggal serumah sama orang tua, tapi masih aja ngritik masakannya. Sesekali pergilah merantau, puluhan kilometer pun tak apa walau hanya tetangga kota. Kamu akan merindukan mereka. Sesederhana masakan atau makanan yang sudah selalu siap sedia. Sementara kami yang jauh dari orang tua masih harus mengalahkan lelah dan lapar sendiri. Kalau membayangkan masakan ibu dirumah, sesederhana apapun akan kami syukuri.

Orang tua dengan sabar menunggu saat-saat anaknya pulang sebentar ke rumah. Walau nanti harus melepaskan pergi merantau lagi. Terkadang kami juga membayangkan rasannya jadi ayah atau ibu. Mereka bekerja keras untuk anak-anaknya. Lalu saat sudah tua, anaknya tak lagi tinggal bersama. Mereka menghabiskan hari dengan membaca surat kabar, merawat bunga – bunga dan ditemani buku-buku yang kami kirim atau bawa ketika kami datang. Terbayang betapa bahagianya mereka kala kami pulang sebentar, walau setelah itu mereka dengan berat hati harus ikhlas melepas kami merantau lagi.

Tapi mereka mengerti, ini soal prioritas dan kesempatan. Untuk pendidikan, kadang memang harus tinggal jauh-jauhan. Kami bahagia dengan apa yang sedang kami jalani, memang. Tapi hidup itu soal pilihan, iya. Apa kalian tahu, kami juga menyimpan kesedihan. Sebab, orang tua terlebih ibu merupakan salah satu bagian yang penting dalam hidup kami. Sehingga, jika ada waktu luang kami selalu menomorsatukan pulang, menemani mereka.

Jadi orang yang setia, dari lahir-sekolah-kuliah-kerja dikota yang sama, bukankah itu hal yang mewah dan istimewa? Mungkin kalian tentu juga iri pada kami yang bisa merantau kemana-mana, ke kota lainnya. Tapi tak bisa dipungkiri, kota kelahiran akan selalu menjadi tempat nomer satu dihatimu. Kamu mungkin pernah merasa ingin berpindah dan menggapai mimpi dikota lain, tapi kamu tetap teguh mencintai kota tempat kelahiranmu. Percaya dan yakinlah bahwa kota kelahiranmu adalah tempat terbaik bagimu. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau. Tapi inilah sejujurnya yang kami rasa. Terkadang rasa sangat ingin pulang, tapi kesempatan tak selalu datang.


Terimakasih Tuhan, semoga aku masih tetap bisa melewati ramadhan ditahun-tahun berikutnya. Ditulis saat sore tiba ditemani hujan rintik - rintik.Malang, Selasa 14 Juni 2016

Minggu, 29 Mei 2016

Selamat Menjadi Tua dengan Indah

Seneng banget belajar Psikologi, nih salah satunya aku lebih bisa memahami dan mengerti sesama manusia. Dan hari ini aku belajar untuk lebih memahami lansia. Semoga tidak berhenti dihari ini saja, semoga kita selalu memperhatikan dan menyayangi para lansia disekitar kita. Kalau bukan kita yang memperhatikan mereka. Lantas siapa lagi ? 

Ada apa sih dihari ini ? 
Tau nggak sih kalau 29 mei ditetapkan sebagai Hari Lansia Nasional. Seperti yang tertera pada data infografik diatas. Tentu mengejutkan bukan ? Yuk kita sebagai generasi muda bergerak membantu para lansia menjadi lebih siap dan sigap menjalani masa tuannya. 
Bagaimana carannya ? Gampang banget teman-teman, saudara sebangsa dan setanah air
dengan cara :
1. Libatkan anggota keluarga untuk memberi perhatian dan memahami orang tua yang sudah lanjut.
2. Bantu orangtua untuk aktif dalam kegiatan sosial atau kerohanian bila masih mampu.
3. Beri kesibukan yang bisa menyalurkan hobbi agar orangtua dapat terhibur misalnya, berkebun, menanam tanaman hias, merajut, memancing, dsb.
4. Perhatikan pola gizi yang sesuai untuk orang usia lanjut.
5. Sekali waktu jadwalkan rekreasi bersama kakek dan nenek dengan seluruh anggota keluarga atau mengadakan reuni keluarga.
Yang terakhir dan yang paling penting adalah ungkapan cinta dan kasih sayang dari anak-anak dan anggota keluarga yang akan membuat orang lanjut usia menikmati masanya. Lansia itu ada di mana-mana. Mari membuka hati untuk memperhatikan keberadaan mereka. Yuk jadikan masa tua menjadi masa yang indah. #‎lansiabahagia #‎harilansianasional




Dan saya jadi teringat akan sesuatu, teringat oleh Mama saya yang kian lama kian menua. Dan aku kerap dirundung khawatir ketika memikirkan beliau. Satu tanyaku saat melihat wujudmu perlahan mulai menua :
“Sampai detik ini, apakah anakmu ini sudah cukup membuatmu bahagia serta bangga, Mama?”
Jangan terlampau cepat meninggalkanku, Mama. Berjanjilah untuk terus bersamaku.

Karena walau berjauhan raga, aku sungguh masih ingin memelukmu setiap harinya.
Karena aku ingin putra-putriku mengenalmu dengan baik, sebaik aku pula yang kau cintai dengan sempurna

Maafkan aku, yang mungkin masih selalu menyimpan malu.
Untuk sekadar mengucap sayang padamu.

Maafkan aku, yang mungkin masih belum mampu jujur.
Untuk mengucap bahwa sesungguhnya aku ingin selalu berada dekat.
Dan tidak kalah oleh jarak.

Maafkan aku, karena baru menyadari bahwa ketika sekarang aku sibuk mendewasa.
Kau justru sedang bersiap menuju tua: Keriput di mana-mana, mulai tidak sigap dan tidak siaga, serta lemah dan mudah kehilangan tenaga.

Mama renta dan lemahmu, seharusnya mampu menjadi sumber sabar dan sadarku.
Bahwa Tuhan sedang membuatku tidak lupa.
Bagaimana cinta seharusnya ditebar dan dibina.













Minggu, 01 Mei 2016

Makin menebal persoalannya



Minggu ini membuat aku ingin pergi dari kejenuhan rutinitas ini. Minggu yang membuat semua rasa entah tercampur aduk. Hingga aku sendiri sudah tidak merasakannya.
Aku rindu. Mati - matian kucoba untuk menciptakan kenyamanan seperti dirumah. Tapi kehangatan yang Mama tawarkan ternyata tak semudah itu dibawa pindah. Sebab disini aku baru sadar bahwa masakan Mama jauh lebih berharga dari sekadar kumpulan sayur dan bumbu - bumbu. Ada cinta dan kesabaran yang Mama tuangkan disitu.
Maaf ya Ma, aku anakmu ini jarang menunjukkan penghargaannya saat aku masih bersamamu dulu. Barangkali memang jarak dan kedewasaan yang dibutuhkan sebelum kini aku tahu betapa besar pengorbananmu. Berjanji padaku ya Ma, Mama harus sehat - sehat selalu supaya bisa terus memasak masakan rumah yang lezat itu untukku ...

Takut jauh, Mungkin memang sudah isyarat naluri jika Mama dirundung sindrom takut jauh. Bisa jadi karena mereka khawatir dilupakan. Sebab bukankah kita terus sibuk merapal bilangan usia, mengejar mimpi - mipi dan merindukan jodoh yang entah siapa dan dimana.

Bersamaan dengan itu pula, Mama diam - diam menyimpan kecemasan. Bagaimana jika sang mimpi besar telah berhasil menelan memori tentang keluarga, tentang rumah kecil pemiliknya. Bagaimana jika karir anak - anak yang telah setinggi langit, membuat mereka merasa berat kembali ke Bumi, tempat kerinduan Mama bersemayam.

Bersamaan dengan itu pula Mama menyimpan ketakutan. Bagaimana jika si jodoh yang terus kita pertanyakan, akan benar - benar membawa kita pergi jauh dari sisi mereka. Bagaimana jika sang belahan jiwa membuat mereka tak lagi disebut - sebut, tiada lagi diingat. Bagaimana jika Mama tak lagi sehati dan sejiwa dengan anak - anak yang seumur hidup telah menjadi belahan jiwanya.

Pernahkan Mama meminta kita tetap berada didekatnya. Pergilah tapi jangan jauh - jauh, Nak. Katanya. Atau justru sebaliknya. Dengan sengaja Mama membiarkan kita melanglang jauh. Jangan khawatir, Nak. Doa ibu telah menjadi payung teduhmya. Bagaimanapun mereka merelakanmu pergi, menjaga jarak untuk tetap berdekatan denganmu ibarat suplemen masa tua. Agar mereka tetap kuat dari balik tubuh ringkihnya yang termakan usia. Biar bisa meyakinkan diri jika dirimu baik - baik saja, dalihnya.

Bukankah kita seringkali terjebak paradoks ? Apa yang sebenarnya dekat, rasannya seperti amat jauh, sebab kita tidak pernah benar - benar menghargai kedekatan itu. Sedangkan mereka yang ditimpa keterpisahan jarak, justru terus merasa dekat, sebab mereka mampu memahami bahwa jarak adalah cara lain untuk menjaga, Perasaan Mama terlalu banyak yang mengkristal menjadi doa, daripada mengudara bersama kata. Sayangnya kita masih tergagap menerjemahkannya,


Jauh tidak selalu berarti terpisah jarak. Dekat tidak selalu berarti bersama.Ini hanyalah soal rindu yang ingin terus dijaga nyalanya.Dan tahukan, yang menjaga rindu itu tetap menyala adalah doa.Sebab bukankah doa anak anak yang shalih ibarat cahaya yang tak pernah padam?


Dari Nina- anakmu,

yang akan selalu terus;

mencintaimu dan merapal doa untukmu.



Jumat, 08 April 2016

Ada simpul yang terlepaskan

Duh Gusti begini banget. Mau nangis ..
Rindu memang tak pernah butuh tanya
Dia hanya butuh sedikit keberanian dan pengungkapan
4 tahun berlalu ...
Rindu yang tak pernah berhenti, meski waktu menggerus
Ini tentang kehilangan yang serius
Seperti apa kehilangan itu ? sedalam apa rindu itu ?
Dadaku semakin sesak, tersenggal – senggal


Sering dalam diam tanpa terasa air mata mengalir dari ujung mata
Ketika rindu berkelebat tanpa mengenal waktu
Tidak diperintah
Tidak diminta
Menetes begitu saja


Kau tentu saja boleh bilang aku cenggeng
Silahkan kau tertawakan itu
Karena kau tidak mengerti
Kau tak tahu


Aku kuat tangguh
Aku sulit bersedih
Tapi ini beda
Demi nama darahnya mengalir di seluruh tubuhku
Aku ambruk ketika Dirinnya pergi

Itu kakak laki – lakiku
Dirinya masih tak kuasa
Bingung antara kepatuhan iman dan ketidakpercayaan
Tertawa diluar dengan luka terus basah didalam hatinya
Dan ibu, masih sangat jelas terlihat, terus mencoba merajut kepedihannya yang sobek
Ibu kehilangan separuh jiwa ibu, begitu ungkapnya
Ibu akan menyusul ayahmu tinggal tunggu waktu saja
Ungkapan yang sering ibu lontarkan padaku akhir – akhir ini
Aku hanya bisa terdiam, menangis, terisak
Entah apa yang akan terjadi
Ketika Tuhan memisahkan jiwa dari raganya
Itu berarti, ada simpul yang terlepaskan meski tetap kuat tapi melemah
Dan aku harus terus hidup dalam rindu yang tersekat akhirat !!!!






Jika menengadah ke langit lalu ada bulan sabit. Artinya seberat apapun hidupmu, Tuhan ajak kamu senyum




ditulis saat : kegalauan menghambat, nafas tercekat, seseorang butuh pertolongan pertama tapi dia lebih memilih menulis tentang seseorang yang mewarnai hidupnya. hebat !  

Jumat, 01 April 2016

Ber-bahagialah

Hari akan silih berganti, waktu akan selalu menghantui disetiap langkah kita. Semoga semua hal yang akan berjalan kedepan akan selalu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Penyesalan yang telah lalu akan menjadi pembelajaran ke depan. Dengan itu semua aku berharap semoga kita lebih mengerti tentang kehidupan didunia ini. Sebuah dunia yang mengharapkan setiap orang berkembang menghargainnya.

Menapaki setiap kehidupan baru tentu saja bukanlah perkara mudah. Butuh adaptasi yang ekstra juga apalagi untuk orang sepertiku. Tetapi seiring bergulirnya waktu aku menemukan ‘kekosongan’ yang kini perlahan menjadi ‘keutuhan’ untuk hatiku. Aku merasa bangga bergabung bersama mereka. Aku merasa bahagia bisa bergabung ditengah – tengah orang seperti mereka. Perasaan tak percaya diri seringkali menggerogotiku tiap kali aku menemui mereka, namun itu hal yang memotivasiku untuk menjadi lebih baik dari adanya diriku yang sekarang.  Oya, jangan lagi sekadar menjadi diri sendiri, itu tidak akan lagi cukup. Jadilah yang terbaik dari sendiri. Itu baru cukup. Sekadar menjadi diri sendiri akan membuatmu terus mencari alasan bahwa kamu sudah berusaha maksimal dan bahwa inilah apa adanya kamu. Tidak, tidak. Kamu bisa melakukan lebih baik dari itu dan kamu tahu benar itu. Jadi berhenti beralasan menjadi diri sendiri dan mulai menjadi yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuk dirimu.

Selama kita terus berjalan, pasti akan ada suatu titik yang hatimu mengatakan, “Ini. Disini penuh kebahagiaan.” Maka kamu akan memutuskan untuk berhenti berjalan dan tinggal. Namun perjalanan seringkali tak berjalan mulus, pasti akan ada banyak kesakitan dan dirimu akan terperosok jatuh. Namun, sebelum selesai membaca tulisan ini, satu hal yang harus diingat adalah SELESAIKAN APA YANG KAMU MULAI. Ya layaknya pertandingan sepakbola. Tidak peduli berapa banyak gol disarangkan ke gawangmu, kamu harus bermain sampai pertandingan selesai. Kita tidak bisa berhenti ditengahnya hanya karena kita sudah kemasukan banyak gol dan tidak mungkin menang. Pertandingan adalah pertandingan, selesaikan. Hidup adalah hidup, selesaikan. Kalaupun kamu dihantam dari segala sisi kehidupan, jangan berhenti. Selesaikan ‘pertandingan’mu. Jadilah orang yang berjiwa besar Terimalah kekalahan jika memang kalah, dan berbagilah kebahagiaan jika kamu menang.

Ada keakraban mendalam yang mewujud menjadi luapan perasaan rindu. Pastinya. Aku menemukan keluarga baru. PERSPEKTIF !!! STOP POLUSI IDE TETAP KRITIS .
Sedikit mengutip tulisan mas Achmad Syarkowi Jazuli “Ada kebanggaan ketika apa yang kita dapatkan akan berguna kepada seseorang, ada kebanggaan ketika apa yang kita tulis dapat dibaca, ketika gambar yang kita ambil dapat dilihat, keringat bukan harga dari semua itu, lelah juga bukan pencapaian, ada sesuatu yang lebih dari itu, sebuah sikap menghargai layaknya akan menjadi hadiah terindah, walau hanya sekedar menerima. Bukan materi yang kami cari, bukan juga popularitas yang menjadi prioritas, tapi sebuah rasa yang lebih memanusiakan manusia. Maka berlebihankah ketika kami meminta untuk dihargai, bukan hanya sebagai pers tapi lebih dihargai sebagai seorang manusia yang memiliki hati untuk merasa".

Ya orang – orang lain akan tetap memperlakukan kita seperti orang biasa. Tanpa tau apa yang kita jalani. Tanpa tau apa yang kita sedang alami. Sebesar apapun badai yang ada dihati kita saat ini. The world keep on moving, and I’ll keep on standing.











"Berbeda bukan berarti tak sama. Terlihat sama bukan berarti tidak berbeda. Pelajari cara sepasang kakimu melangkah. Pelajari otak kiri-kananmu bekerja. Pahami, bagaimana mereka membuat sebuah harmonisasi." 

Nikmat dalam kepekatan, yang dikecap dengan keikhlasan bahwa tak perlu mendustai rasa yang pada hakikatnya pahit  -Kopi-

Tulisan ini, aku akhiri disini. Dariku untukmu ...

Senin, 21 Maret 2016

Riuh hati ini

Nanti setelah akhirnya tiap kali kamu inget tapi kamu senyum dan dada rasanya hangat, kamu naik kelas. Ikhlas …


Iya, tentu saja saya punya masa lalu. Kalian juga. Semua orang didunia ini juga. Apa yang harus kita lakukan? Bungkus. Taruh di ruang terkecil di hati dan pikiran kita, dan tempatkan di pojokan. Kita akan melihatnya sesekali. Menangis mengingatnya atau tertawa mengenangnya. Kalau sudah selesai, masukkan lagi dan kembalikan ke tempatnya, di pojokan. Ini hanya untuk menyadarkan bahwa, kita mengakui kita tidak bisa lupa, tapi kita juga tidak harus tinggal di sana. Hidup kita yang sebenarnya ya sekarang ini, detik ini, waktu sekarang, dengan apa yang kita lakukan, dan dengan orang-orang yang ada di depan kita. Itu saja. 
Lalu masa depan? Belum terjadi. Kita sedang merancangnya. Lakukan apa yang terbaik yang bisa kita lakukan sekarang ini, untuk berjalan ke masa depan. Karena bagaimanapun juga, apa pun yang kita lakukan sekarang ini memengaruhi apa pun yang terjadi di masa depan nanti. Ini rumus yang lebih pasti dari semua rumus eksakta yang ada di bumi bukan ….

Semoga kita memiliki ikhlas yang tak pernah bertepi, tanggung jawab meski hal kecil menanti, sabar meski dera datang tak kenal henti, dan kesungguhan meski kita sering diremehkan berkali – kali.

Atas semua bahagia yang sering kali kuhancurkan untuk sebuah kesedihan, hati ini kupatahkan.
Atas semua kesedihan yang sering kali kutertawakan untuk sebuah kebahagiaan, hati ini kutipu habis – habisan.
Namun dari sanalah aku mengerti arti sebuah kepuasa. Menghasilkan sebuah tulisan dari hati yang sering kali kupermainkan.
Terimakasih, telah menjadi hati yang tulus untuk terus belajar dari yang menyakiti.


*Aku menulis ini ketika mataku tak lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh*

Kamis, 10 Maret 2016

Wanita itu ( absurd )

Happy Internasional Women's Day ...
Telat banget sih ya kalo ngucapin ini sekarang 
Tapi gapapalah meskipun telat yang pasti tanggal 8 Maret 2016 mari kita ucapkan selamat hari perempuan internasional ^^

Menurut kalian wanita itu apasih ?

Tanpa wanita hidup kita enggak ada artinya didunia ini 

Wanita itu sandaran bagi seorang pria untuk menemani setiap langkahnya 

Ya, enggak mau menuntut feminisme juga. Ungkapan ladiest first atau apalah diluar sana yang sejatinnya menginginkan wanita diberlakukan istimewa atau jauh lebih baik daripada lelaki
Saya tidak setuju dengan itu, kalau menurut kalian terserah mau memihak yang mana ..

Yang saya yakini disini
Saya tidak akan berada didepan untuk menuntut dan mengarahkan ini itu dan mengatur segalannya
Saya tidak akan juga berada dibelakang menjadi buntut dan mengiyakan segalannya
Tapi saya akan berjalan beriringan, menemani seseorang yang kelak akan menjadi imam saya 
Berdampingan sejalan menemani setiap langkahnya ...
Yang pasti saya akan tetap berusaha menjadi wanita yang tahu porsi dirinnya 




Mengapa wanita lebih senang mengandalkan rasa, ketimbang logika? Apapun jawabannya, pada dasarnya wanita hanya ingin dimengerti.
Mari, kita kaji lebih lanjut. Pria yang katanya lebih senang menyederhanakan pemikirannya, mengapa tidak coba merumitkan pemikirannya sesekali, hanya untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan wanitanya? Dan wanita, mengapa tidak coba menyederhanakan pemikirannya hanya untuk tahu apa yang sedang dipikirkan prianya? Sederhana. 

Sederhana, seperti visi dan misi bakal calon pemimpin yang sedang mempromosikan dirinya. Tapi saat dia dipercaya bisa membawa sesuatu lebih baik dari sebelumnya, akhirnya kewalahan juga. Barangkali sama seperti pria, yang menggemakan visi-misinya untuk mempromosikan dirinya kepada wanita yang diharapkannya. Terlihat baik, dan seakan pasti berjalan sempurna. Namun nyatanya, kewalahan juga. Dan setelahnya, banyak pria-pria yang hanyut terbawa derasnya pemikiran wanita. Lalu bagaimana? ðŸ™…🙅

Minggu, 21 Februari 2016

Jangan terlalu (bawa perasaan)

Semua yang terjadi udah jadi takdir Tuhan kali ya ... Udah jadi jalan hidup masing - masing orang ...

Ya ceritannya kemarin gue gabut, labil karena udah 2 hari terkapar sakit dari yang pusing - pusing sampe mual ditambah lagi gue dilep bahasa kedokterannya namannya dysmenorrhea. Emang kalo setiap bulan gue udah biasa dysmenorrhea, tiap bulan juga gue harus nahan rasa sakit yang kebangetan dah. Cuman bisa tiduran doank, gak bisa ngapa - ngapain, karena rasa sakit itu tadi ngebuat gue sampe ga nafsu makan, dan alhasil beneran seharian itu perut gue ga gue isi apa - apa, cuman semangkuk mie goreng dengan telur yang gue beli dengan harga 8rb dikantin fakultas gue. Dan setelah gue beli itu, gue nyesel karna hargannya yg terlampau mahal, Dan gue juga gatahu kenapa, karena hormonnya kali ya yang ga stabil, gue slalu jadi pemarah saat lagi dysmenorrhea, hal yang harusnya sepele gatau kenapa jadi masalah, hal yang dikit aja ga sesuai sama hati gue, gue langsung marah, cuek, diem gajelas.

Dan, iya harusnya kemarin gue ikut makrab pers tetapi berhubung keadaan gue kaya gitu gue batal ikut acara itu. Dan alhasil gue kelimpungan dikasur gajelas, Terus siang nya tiba - tiba gue di bbm temen SMA gue, gue diajakin makan pizza dan gue iyain aja ajakan dia. Dan gue pun akhirnya ngajak temen - temen SMA gue yang sekampus sama gue buat ikutan, gue ngomong di grup line tapi ternyata no respond. Ya akhirnya otomatis gue berangkat berdua doank sama temen gue itu tadi.

Meluncurlah kita ke tempat yang dituju, yaitu panties pizza didaerah Batu. Perjalanan lancar, gue cekikikan di jalan sama temen gue berasa gapunya beban melupakan sejenak tugas kuliah yang mulai numpuk. Finally, gue sama temen gue nyampe di panties pizza, dan fix disana rame banget, gak tahu kenapa mungkin karena hari weekend jadi rame kali ya. Berharap dapet tempat dilantai 2 sekaligus ngeliat pemandangan kota batu yang adem pun akhirnya gagal. Kita berdua dapet tempat dilantai 1 dan pojokan pula. Yasudalah disyukurin yang penting makan dah haha. Kitapun akhirnya memesan dua porsi minuman dan dua porsi pizza. Sembari menunggu pizza pesenan kami datang, akhirnya kitapun berbincang - bincang biasa, obrolan cewe ya seputaran kegiatan kampus, pengen pindah kos dll sampai pizza dateng dan akhirnya kita melahap pizza itu sampe habis. Setelah pizza abis kitapun langsung meluncur balik lagi ke kota Malang.

Dan ketika perjalanan balik, gak jauh dari food festivalnya sengkaling tiba - tiba ada kemacetan, temen gue coba menerobos kemacetan itu sampe kita akhirnya ngelihat polisi banyak banget. Awalnya gue ngira kalo ada kecelakaan dan temen gue ngira kalo ada razia, tapi ternyata dugaan kami berdua salah besar. Dan gatahu kenapa semua kendaraan diarahkan untuk putar balik. Terus ada yang bilang kalo itu ada teroris, reflek donk gue sama temen gue panik ( lebih panikan temen gue sih ). Kita berdua diem diatas motor, terus karena paniknya temen gue kita langsung putar balik juga terus berhenti didepan indomaret beberapa menit. Terus balik lagi ketempat kejadian yang ada teroris tadi sampe 3x , karena frustasinnya gue sm temen gue gatahu arah jalan pulang selain jalan itu. Kemudian kitapun akhirnya tanya orang dan nemulah jalan tembusan itu yang ternyata lewat belakang UMM. Fix, kita lewat jalan tembusan dan ternyata macet juga. Hufft, padahal niat awal cuman makan jadi alhasil berpetualang gini, Jalanan udah macet, ditambah pula rintikan hujan mulai mengguyur badan kita berdua. Dan setelah beradu dengan kemacetan, kita akhirnya sampai dengan wajah lesu di kos kosan gue.

Gue langsung ngajak temen gue masuk ke kamar gue, Terus kita tiduran sambil ngomongin kejadian yang barusan kita alami. Gak nyangka aja kenapa kita bisa ada di situasi kaya gitu. Emang paling nyaman itu berada di rumah sendiri ya nin, gitu kata temen gue. Gue cuman diem dan tibatiba lagu "rumah kita" terputar dengan sendirinnya diotak gue. Sekitar 1 jam an temen gue ada dikosan gue sekaligus nunggu hujan reda, akhirnya dia pamit balik kosannya.

Gue ngelihat jam dihape gue nunjukkin pukul 18:00 , gue lagi asyik chat sama cowo. Hm, iya dia yang juga suka nulis sama kaya gue, dan gue lebih iri karna ngelihat blognya yang lebih bagus dari gue. Hahaha tapi banyak pelajaran yang gue dapet dari kenal cowo ini ...

Gue akhirnya keluar sama dia kemarin. Biasalah , kitapun akhirnya nonton, nonton deadpol. Dia nyusulin gue dideket kosan, dan kitapun berangkat. Di perjalanan gue ngobrol sekali dua kali gitu, dan hmm gatau kenapa karna jalanan yang rame atau helm yang menyumpal telinga gue, gue ga seberapa denger apa yang dia omongin. Gue juga sempet sibuk sama hape gue karena gue bbman sama nyokap dan kakak gue.

Kitapun nyampe di tempat nya, kita langsung mesen tiket dan cuss nonton. Kita berdua sempet ngobrol - ngobrol dikit, disela sela nonton filmnya, mata gue dan dia bertemu saling menatap satu sama lain beberapa detik kemudian balik lagi ke filmnya. Gue dan dia ketawa ketiwi karna ngelihat tingkah deadpol yang kocak.

Film berakhir dan jam udah nunjuk pukul 22:00 gue dan dia akhirnya beranjak pulang. Sampe didepan kos gue, dia akhirnya pamit dan gue ngucapin makasih dan bilang ke dia hati hati pulangnya. Gue langsung masuk kosan, dan ke kamar gue. Beberapa menit kemudian gue ngecek hape dan kirim pesan singkat via line ke dia " Thanks ya malem ini, selamat tidur" dan dia juga bales dengan ungkapan yang sama. ( Fix, gue seneng banget malam ini)

Tapi kemudian gue, buka bbm gue. Gue syok, gue dapet kabar nyokap gue sakit, tensinnya tinggi dan nyokap gue keadaan sendirian di rumah. Gue panik seketika, gue rasannya mau pulang tapi mau naik apaan juga. Gue langsung kabarin kakak gue, terus kakak gue nyuruh pacarnya buat nganterin ke RS, kakak gue akhirnya langsung pulang ke Gresik.

Gue sedih , takut kenapa kenapa sama nyokap gue. Sampai pagi inipun gue akhirnya dapet kabar kalo nyokap ga kenapa kenapa. Katannya nyokap gue cuman lagi stress aja. Gue gadibolehin pulang ke Gresik. Gue ditelpon sama kakak gue, terus nyokap cerita. Rasannya gue pengen nangis tadi cuman mendem aja, gue bicara seakan baik baik saja padahal gue khawatir banget. Setelah telfon ditutup gue nangis terisak isak, gatahu kenapa meski nyokap bilang dia baik baik aja, tapi gue sedih gue galau gue khawatir tingkat akut.

Dan kamu, kamu dimana ? Hilang seharian , setelah bertemu denganku ? Ada yang salah denganku ? Maafkan ... terlalu bawa perasaan ... aku cuman takut

Rasannya campur aduk banget hati gue, gatau rasa apa yang gue rasain ini. Semua campur aduk jadi satu ... Sometimes you just can't tell anybody how you really feel, because you can't find the right words to make them understand ...


Lalu tiba - tiba saja duniamu dijungkirbalikkan kenyataan. Tidak mudah rasannya untuk pulih kembali.

Mengapa Tuhan harus menciptakan perasaan ? Mengapa Tuhan letakkan bongkah perasaan yang seringkali menjadi penghianat sejati dalam tubuh kita. Mengapa ?
Hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan dikejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang ......



Kamis, 18 Februari 2016

Dalam rasa (yang katanya) cinta

Sebenernya gak tahu kenapa Tuhan menciptakan orang jahat. Untuk membuat diri kita belajar bersabar ? Untuk membuat diri kita berkaca apakah jangan - jangan kita jahat ? Atau apalagi ya ? Ya memang semua ini ga bakal jauh dari yang namannya SEBAB - AKIBAT . Kalau kita nanam kebaikan buahnya bakal baik, gitu juga sebaliknya. 
Tapi enggak tahu kenapa ini masalah nge ganjel banget dipikiran dan hati gue sejak seminggu yang lalu dan makin parah menggerogoti hati gue sejak kemarin. Sebenernya ini juga bukan masalah gue, tapi karna gue calon psikolog nih jadi gue lagi nge dengerin masalah seseorang. Orang yang lagi galau, kalut atau apalah itu kadang hanya butuh pundak dan butuh pendengar yang baik, lebih baiknya lagi kalau loe bisa kasih dia saran atau solusi yang tepat.

Sebenernya sih masalah klise. Pernikahan. 

Iya, namannya juga sebuah ikatan. Ketika dua orang dengan sifat dan latar belakang yang berbeda bersatu dalam sebuah wadah baru, berarti ketika itulah kita harus siap dengan apapun yang terjadi pada kita dan pasangan kita. Karna ini bukan perkara aku atau kamu tapi perkara kita berdua, bahkan tidak hanya itu bukan kita tapi juga ada keluarga besar kita dibelakang kehidupan pernikahan kita. Nah, apalagi jika kita sudah mempunyai buah hati.

"Pernikahan akan aman ketika usia pernikahan itu 15 tahun keatas", jika belum 15 tahun jangan mengakui kalau kalian berhasil dalam pernikahan. Karena masa gejolak hebatnya pernikahan ketika berada pada sekitaran 7-8 tahun, jika sudah menginjak 15 tahun ke atas insya Allah kalian sudah aman, itu yang saya lihat dari orang - orang sekitar saya dan yang saya alami , ujar pakdeku kala itu saat aku bertamu kerumahnya.

Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang wanita yang sedang sangat sibuk untuk melakukan banyak hal. Wanita ini disini sekarang, menceritakan keluh kesahnya, menceritakan pahitnya rumah tangga. Berusaha mencari kesibukan baru agar dia tak lagi punya celah untuk mengingatmu. Bagaimana tidak, wanita ini jelas merasa tersakiti, harusnya sebagai Lelaki dirimulah yang menafkahi keluarga ini, namun apa yang terjadi. Wanita inilah yang kesana kemari, banting tulang untuk menafkahi keluarga ini dan sekarang Lelaki itu entah apa maunnya malah main hati dengan wanita lain. Wanita ini berjuang sangat keras. Dalam rasa sakitnya, dia seringkali bertemu Tuhan. Bercerita dengan bulir air mata di pipinya. Mengadu dengan bibir membeku. Kamu yang begitu berbeda telah begitu menyakiti hatinya. Mengapa kamu tak tahu ? Bahwa orang yang paling tersakiti oleh perubahanmu adalah orang yang paling mencintaimu, meskipun kamu selalu menganggap abu-abu. Dengan bekas lukanya yang belum benar-benar sembuh. Dia berusaha melangkah dengan kekuatan sendiri. Dia begitu kuat, lebih kuat daripada yang kaubayangkan. Tapi, dia percaya waktu itu akan datang, saat dia bebas menertawakan lukanya dan kamu justru yang berbalik menangisinya.

Menatap langit-langit kamar yang sama. Letak lemari, meja belajar, dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda di sini. Aku masih bernapas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati ?

Selasa, 09 Februari 2016

Perempuan ini ...

Lelaki          : Kamu nggak bete liat aku sibuk sendiri ?
Perempuan : Nggak, kamu nggak liat aku juga sibuk sendiri ?
Lelaki          : Aneh, biasannya kan perempuan selalu ngomel kalau pacarnya sibuk sendiri.
Perempuan : Perempuan yang mana ? Perempuan penggangguran ?


Lelaki          : Kamu nggak kangen sama aku ?
Perempuan : Kenapa gitu ?
Lelaki          : Ya biasannya perempuan kalau kangen sedikit aja, pasti bilang.
Perempuan : Perempuan yang mana ? Orang lapar nggak akan kenyang kalau cuma bilang lapar.


Lelaki          : Kamu nggak cemburu liat banyak perempuan deketin aku ?
Perempuan : Cemburu.
Lelaki          : Terus kenapa diem aja ? Biasannya kan perempuan langsung marah dan ngomel.
Perempuan : Perempuan yang mana ? Terus aku harus gimana ? Aku belum nemuin sesuatu yang lebih berharga dari rasa percaya.


Lelaki          : Kamu jadi perempuan dingin banget sih ?
Perempuan : Ada masalah ?
Lelaki          : Ya aneh aja. Kamu nggak kayak perempuan biasannya.
Perempuan : Kamu udah terlalu sering disulut api. Jadi aku ya nggak perlu jadi api lagi. Aku harus   balikin kamu ke suhu normal.

Jumat, 05 Februari 2016

Makhluk - Makhluk ' Kakean Cangkem '

Gue nulis ini karena gue sayang sama kalian. Terimakasih udah jadi partner hidup yang baik dikehidupan awal perantauan gue.
Gue enggak tahu nyebut ini apaan, note, catetan, curhatan atau apalah itu namannya. Yang jelas ini bukan secarik kertas perkamen yang udah enggak layak pakai atau mambu. Mengeja satu persatu teman yang ada disebelah gue. Saat gue lagi seneng, sedih, galau, gembira, sampai disaat gue kayak milyader mereka jadi orang pertama yang minta pajak ke gue. Dan itulah mereka yang setiap harinnya tak bosan mendengar curhatan gue, yang bejibun enggak pernah berhenti.

Mungkin gue dipertemukan kalian atas dasar kebetulan. Tentu saja, kita seringkali menganggap banyak hal terjadi karena kebetulan. Kebetulan mungkin adalah cara Tuhan yang belum benar – benar kita pahami. Gue bersyukur bisa kenal dan ketemu kalian.

Novi cewek berkaca mata dengan tubuh tinggi dan punya muka ekspresif banget, gue kenal dia awal banget ketika gue menginjakkan kaki di kos yang penghuninnya seabrek ini. Singkat cerita, gue kenalan sama novi dan sejak hari itu sampai sekarang gue sama novi kemana mana selalu barengan. Karena mama gue udah tahu dan kenal novi, beliau malah bilang seneng lihat gue deket dan kemana mana jalan sama novi, katannya “Iya novi gede badannya, jadi kalo ada apa apa kan kamu enak ada yang ngejaga + ngelindungi” dalem hati rasannya gue berontak “Woy ma, mentang mentang anakmu ini kecil terus mama bilang begitu hmm sedih” (Usap usap air mata) *enggak ding lebay amat haha*.
Iya gue sama novi kemana mana selalu barengan, hampir separuh waktu di 24 jam kita lakuin bareng – bareng. Mulai dari cari sarapan, makan siang, makan malem, cuci baju, beli ini itu buat perlengkapan hidup kita selama dikos an, berangkat dan pulang kuliah bareng. Mungkin kalau kalian yang baca ini jadi temen kami enek kali ya liatnya dimana mana dan kapan saja kita selalu bareng haha kaya amplop sama perangko aja. Tapi ya itulah kita berdua, awal ketemu yang sok sok diem sok jaim tapi pada akhirnya gue sama novi sekarang malah akrab dan suka ngatain satu sama lain seenak jidat kita.

Rere cewek yang mukannya mirip orang china dengan rambut terurai panjang  yang punya suara ketawa yang keras. Gue kenal dia gara – gara kita satu kelompok ospek jurusan. Awal ketemu sama dia saat kuliah umum pertama kalinnya kita saat jadi maba, gue kenalan sama dia terus kita duduk sebelahan saat itu, dan sumpah itu krik banget. Cuman beberapa kali kita ngobrol terus selebihnya kita diem, entah karena kita masih kaku karna baru kenal atau emang saat itu kita dalam keadaan ngantuk, entahlah aku gabisa bedainnya hahaha. Anak basket satu ini entah kenapa selalu punya sesuatu yang selalu bertentangan sama gue, dulu ketika gue lagi baikan sama gebetan gue, dia malah lagi berantem juga sama gebetannya. Begitupun saat gue lagi marahan sama gebetan gue, dia malah baikan sama gebetannya. Tapi semua itu sekarang udah hilang dan udah kita buang jauh jauh karena gue sama rere udah muak sama cowo busuk yang gak tahu diri. Yasudalah ya lupakan dan kembali berjalan. Jangan mau disakitin lagi re, yang baik bakal dibales baik kok, biar yang jahatin kamu urusannya sama Tuhan aja ya.

Nui cewek depok satu ini asli paling betah berada dimalang, diantara kita berenam cuman dia yang gak pernah pulang di semester satu ini. Sedangkan kita selalu bolak balik dari kota asal ke malang. Ketika kita selalu mengeluh ingin pulang, dia dengan muaknya bilang “Udah woy, jangan sok sokan menderita, nih gue kaga pernah pulang mah biasa aja”. Awal kenal dia gara – gara juga satu kelompok ospek, tapi entah karena apa aku juga gak tahu, tiba – tiba kita deket gitu aja. Orang yang selalu ngompor – ngompori gue untuk pindah kosan, orang yang selalu seneng banget main ke kosan gue entah cuman main atau nebeng tidur, orang yang selalu ngajakin olok – olokan lewat snapchat, gila gaada habisnya sama loe.

Wuri cewek paling kalem diantara kita berenam, yang diam – diam menghanyutkan, gak banyak omong. Orang yang paling sabar diantara kita berenam, itu sih versiku. Partner terbaik gue selama jadi staff magang di pers. Dan semoga kita bisa jadi staff tetap pers ya. Dan satu hal yang kocak dari dia, saat itu kita selesai sholat di masjid fakultas sebelum kita berangkat turun lapangan, nah saat itu masjid dalam keadaan ramai dan setelah sholat, gue ga tahu kenapa pas kita lagi antri lift, wuri dideketin sama cewe gitu dan ternyata gokilnya sepatu yang dipake sama si wuri itu ternyata sepatu cewe itu tadi, fix sepatu mereka ketuker. Ketika gue tanya, emang loe gak ngerasa ada yang beda gitu ? terus emang loe tadi naruh sepatu dimana? dan dengan entengnya dia cuman jawab, iyasih kaya kegedean gitu tapi bodo amat, gue juga lupa naruh sepatu tadi dimana. Dasar emang yaa, kitapun dibuat ngakak sama hal konyol yang dilakuin cewe kalem satu ini.

Wondi cewek lamongan yang tangguh, gue akrab sama dia karena tempat kita gak jauh beda alias tetanggaan. Gue kenal dia juga saat satu kelompok ospek jurusan. Gue berasa nyaman ngomong sama dia, gue bisa ngomong bahasa jawa seenak jidat gue, karena bahasa dilamongan dan di gresik tempat gue tinggal gak jauh beda. Orang yang selalu pakai rok saat kuliah ( terpaksa karena aturan asrama yang dia tempati ) tapi dia selalu uring uringan. Dan sekarang dia udah gak pakai rok karena dia udah keluar dari asramannya. Orang yang ngatain gue, saat gue pernah sekali pakai rok. Orang yang selalu paling ketinggalan informasi karena gak mau on sosmed. Orang yang suka banget buat repot si wuri. Orang yang paling resek tapi menyenangkan.

Dan kalianlah beberapa orang yang sukses masuk dalam kehidupan gue. Buat kehidupan ini makin warna warni. Berasa manis, asem, asin kayak permen nano – nano. Kalian semua udah gue anggep sahabat terbaik gue. Kalian semua tetap sahabat gue paling asyik, unik, higenis, so sweet lah pokoknya. Dan lagi maaf bila typo atau salah kata, karena ini buatnya juga ndadak gitu aja #gananya.

No comment … *aksi sibuk*





( 12 Desember 2015 )
Nui - Novi - Rere - Nina - Wondi - Wuri
Gue geli sebenernya lihat foto ini, gara gara nui si putri psikologi alhasil kita di ajarin foto pose model kaya beginian, karena bingung mau post foto apaan karena cuman difoto ini doank kita full team, dan rencana buat foto full team lagi masih 'wacana'. Ohh ...



Pergi ke perantauan menyadarkanku arti perjuangan
Mengawalinnya memang terasa berat
Dan nyatanya hati ini selalu takut untuk jauh dari orang yang aku sayangi dan menyayangiku
Padahal dihukum kausalitas semua sudah dijelaskan
Sejauh perantauanmu, sejauh itu pula kau mendapat ganti apa yang kau tinggalkan
Sadarkah kalian Sang Perantau ?
Jika Allah ciptakan manusia dengan satu dan dua telinga
Itu hikmahnya agar kita menjadi pendengar yang baik
Dan tahukah kalian jika Allah mempunyai hikmah lebih dahsyat dari penciptaan sepuluh jari manusia ?
Tentu saja seruan Nya agar kita lebih banyak berkarya
Maka tulislah kisah rantaumu dan biarkan dirimu kekal bersama waktu