Kamis, 18 Februari 2016

Dalam rasa (yang katanya) cinta

Sebenernya gak tahu kenapa Tuhan menciptakan orang jahat. Untuk membuat diri kita belajar bersabar ? Untuk membuat diri kita berkaca apakah jangan - jangan kita jahat ? Atau apalagi ya ? Ya memang semua ini ga bakal jauh dari yang namannya SEBAB - AKIBAT . Kalau kita nanam kebaikan buahnya bakal baik, gitu juga sebaliknya. 
Tapi enggak tahu kenapa ini masalah nge ganjel banget dipikiran dan hati gue sejak seminggu yang lalu dan makin parah menggerogoti hati gue sejak kemarin. Sebenernya ini juga bukan masalah gue, tapi karna gue calon psikolog nih jadi gue lagi nge dengerin masalah seseorang. Orang yang lagi galau, kalut atau apalah itu kadang hanya butuh pundak dan butuh pendengar yang baik, lebih baiknya lagi kalau loe bisa kasih dia saran atau solusi yang tepat.

Sebenernya sih masalah klise. Pernikahan. 

Iya, namannya juga sebuah ikatan. Ketika dua orang dengan sifat dan latar belakang yang berbeda bersatu dalam sebuah wadah baru, berarti ketika itulah kita harus siap dengan apapun yang terjadi pada kita dan pasangan kita. Karna ini bukan perkara aku atau kamu tapi perkara kita berdua, bahkan tidak hanya itu bukan kita tapi juga ada keluarga besar kita dibelakang kehidupan pernikahan kita. Nah, apalagi jika kita sudah mempunyai buah hati.

"Pernikahan akan aman ketika usia pernikahan itu 15 tahun keatas", jika belum 15 tahun jangan mengakui kalau kalian berhasil dalam pernikahan. Karena masa gejolak hebatnya pernikahan ketika berada pada sekitaran 7-8 tahun, jika sudah menginjak 15 tahun ke atas insya Allah kalian sudah aman, itu yang saya lihat dari orang - orang sekitar saya dan yang saya alami , ujar pakdeku kala itu saat aku bertamu kerumahnya.

Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang wanita yang sedang sangat sibuk untuk melakukan banyak hal. Wanita ini disini sekarang, menceritakan keluh kesahnya, menceritakan pahitnya rumah tangga. Berusaha mencari kesibukan baru agar dia tak lagi punya celah untuk mengingatmu. Bagaimana tidak, wanita ini jelas merasa tersakiti, harusnya sebagai Lelaki dirimulah yang menafkahi keluarga ini, namun apa yang terjadi. Wanita inilah yang kesana kemari, banting tulang untuk menafkahi keluarga ini dan sekarang Lelaki itu entah apa maunnya malah main hati dengan wanita lain. Wanita ini berjuang sangat keras. Dalam rasa sakitnya, dia seringkali bertemu Tuhan. Bercerita dengan bulir air mata di pipinya. Mengadu dengan bibir membeku. Kamu yang begitu berbeda telah begitu menyakiti hatinya. Mengapa kamu tak tahu ? Bahwa orang yang paling tersakiti oleh perubahanmu adalah orang yang paling mencintaimu, meskipun kamu selalu menganggap abu-abu. Dengan bekas lukanya yang belum benar-benar sembuh. Dia berusaha melangkah dengan kekuatan sendiri. Dia begitu kuat, lebih kuat daripada yang kaubayangkan. Tapi, dia percaya waktu itu akan datang, saat dia bebas menertawakan lukanya dan kamu justru yang berbalik menangisinya.

Menatap langit-langit kamar yang sama. Letak lemari, meja belajar, dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda di sini. Aku masih bernapas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar