Minggu ini membuat aku ingin pergi dari kejenuhan rutinitas ini. Minggu yang membuat semua rasa entah tercampur aduk. Hingga aku sendiri sudah tidak merasakannya.
Aku rindu. Mati - matian kucoba untuk menciptakan kenyamanan seperti dirumah. Tapi kehangatan yang Mama tawarkan ternyata tak semudah itu dibawa pindah. Sebab disini aku baru sadar bahwa masakan Mama jauh lebih berharga dari sekadar kumpulan sayur dan bumbu - bumbu. Ada cinta dan kesabaran yang Mama tuangkan disitu.
Maaf ya Ma, aku anakmu ini jarang menunjukkan penghargaannya saat aku masih bersamamu dulu. Barangkali memang jarak dan kedewasaan yang dibutuhkan sebelum kini aku tahu betapa besar pengorbananmu. Berjanji padaku ya Ma, Mama harus sehat - sehat selalu supaya bisa terus memasak masakan rumah yang lezat itu untukku ...
Takut jauh, Mungkin memang sudah isyarat naluri jika Mama dirundung sindrom takut jauh. Bisa jadi karena mereka khawatir dilupakan. Sebab bukankah kita terus sibuk merapal bilangan usia, mengejar mimpi - mipi dan merindukan jodoh yang entah siapa dan dimana.
Bersamaan dengan itu pula, Mama diam - diam menyimpan kecemasan. Bagaimana jika sang mimpi besar telah berhasil menelan memori tentang keluarga, tentang rumah kecil pemiliknya. Bagaimana jika karir anak - anak yang telah setinggi langit, membuat mereka merasa berat kembali ke Bumi, tempat kerinduan Mama bersemayam.
Bersamaan dengan itu pula Mama menyimpan ketakutan. Bagaimana jika si jodoh yang terus kita pertanyakan, akan benar - benar membawa kita pergi jauh dari sisi mereka. Bagaimana jika sang belahan jiwa membuat mereka tak lagi disebut - sebut, tiada lagi diingat. Bagaimana jika Mama tak lagi sehati dan sejiwa dengan anak - anak yang seumur hidup telah menjadi belahan jiwanya.
Pernahkan Mama meminta kita tetap berada didekatnya. Pergilah tapi jangan jauh - jauh, Nak. Katanya. Atau justru sebaliknya. Dengan sengaja Mama membiarkan kita melanglang jauh. Jangan khawatir, Nak. Doa ibu telah menjadi payung teduhmya. Bagaimanapun mereka merelakanmu pergi, menjaga jarak untuk tetap berdekatan denganmu ibarat suplemen masa tua. Agar mereka tetap kuat dari balik tubuh ringkihnya yang termakan usia. Biar bisa meyakinkan diri jika dirimu baik - baik saja, dalihnya.
Bukankah kita seringkali terjebak paradoks ? Apa yang sebenarnya dekat, rasannya seperti amat jauh, sebab kita tidak pernah benar - benar menghargai kedekatan itu. Sedangkan mereka yang ditimpa keterpisahan jarak, justru terus merasa dekat, sebab mereka mampu memahami bahwa jarak adalah cara lain untuk menjaga, Perasaan Mama terlalu banyak yang mengkristal menjadi doa, daripada mengudara bersama kata. Sayangnya kita masih tergagap menerjemahkannya,
Jauh tidak selalu berarti terpisah jarak. Dekat tidak selalu berarti bersama.Ini hanyalah soal rindu yang ingin terus dijaga nyalanya.Dan tahukan, yang menjaga rindu itu tetap menyala adalah doa.Sebab bukankah doa anak anak yang shalih ibarat cahaya yang tak pernah padam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar