Untukmu, pemilik senyum manis, tempatku selalu mendinginkan mata
" Jika menengadah ke langit lalu ada bulan sabit. Artinnya seberat apapun hidupmu, Tuhan ajak kamu senyum "
Kembali lagi mengetik kata demi kata untuk sekedar menjadi
cerita baru lagi. Hari cepat berganti dan sekarang tiba pada hari sabtu . Hari
yang sepertinnya ditunggu tunggu oleh para remaja zaman sekarang. Saat menulis
ini aku lebih memilih berdiam diri dikamar dan berkutat dengan laptopku,
mungkin tidak seperti para remaja yang lain yang lebih memilih keluar saat
malam minggu seperti ini menghabiskan waktu bersama pacarnya, makan malam,
nonton film ataupun hanya sekedar bercengkrama ria diteras - teras rumah.
Mungkin kalian yang membaca ini akan bilang "Iya, kamu jomblo sih"
hahaha so sorry ya, saya tekankan disini saya tidak JOMBLO.
Saat ini aku memang sedang tidak sendiri, aku sedang
menjalani hubungan. Entah kata apa yang pantas untuk menamai hubungan ini,
akupun tak tahu. Aku mengenalnya sejak pertama kali masuk Universitas
Brawijaya, aku mengenal kepribadiannya dengan sangat baik. Lelaki berkacamata
ini menarik perhatianku, dia care dan easy going. Entah karena apa, tapi
dibalik kacamata itu aku melihat dan merasakan kenyamanan bersamannya. Tentu
saja, kita seringkali menganggap banyak hal terjadi karena kebetulan. Kebetulan
mungkin adalah rencana Tuhan yang belum benar-benar kita pahami. Jatuh
cinta adalah dua kata yang sulit dijelaskan. Tidak terdefinisikan. Soal hati,
kata-kata seakan tak ahli untuk memaparkan juga mendeskripsikan. Aku tidak akan
berbicara tentang cinta, juga tentang mimpi omong kosong yang diciptakan saat
hadirnya cinta. Ini semua soal kenyataan, soal dunia yang begitu klise. Agama.
Segalanya terasa manis, walaupun juga terasa asing. Rasa
nyaman itu kini berangsur berubah menjadi rasa takut kehilangan. Kita berusaha
untuk saling melindungi satu sama lain. Mungkin, ketika salib berada dalam
genggamannya, dan ketika tasbih berada dalam genggamanku ; dengan air mata,
kami saling mendoakan.
Manusia selalu takut dengan perbedaan, mereka selalu nyaman
dengan hal yang terlihat sama di mata mereka. Padahal, berbeda belum tentu
salah, dan punya kesamaan belum tentu benar. Seharusnya perbedaan ada bukan
untuk disalahkan, dihakimi, lalu dianggap seakan-akan ada. Bukankah perbedaan
harusnya jadi “sarana” untuk mengenal dan saling melengkapi? Dalam dingin
yang menusuk-nusuk tulang. Saya tak lagi paham Apakah perbedaan yang
Tuhan ciptakan hanya akan jadi penghalang?
Mengapa Tuhan menciptakan perbedaan jika DIA hanya ingin
disembah dengan satu cara? Pertanyaan yang sulit kujawab dengan logiku
yang sungguh terbatas, tapi jawaban akhir yang bisa kusimpulkan adalah cinta
sejati berasal dari Tuhan, makanya itu Tuhan menciptakan cinta agar yang
berbeda bisa saling menyatu.
Ini bukan apa - apa aku hanya ingin mengutarakan isi hatiku,
tak perlu khawatir aku baik - baik disini.
dari seorang perempuan
yang selalu menyayangimu
yang masih saja sering merindukanmu